SAP Dekubitus penyuluhan kesehatan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik                         : Pencegahan Dekubitus
Sasaran                     : Tn. 
Waktu Pertemuan  : 1 x 15 menit
Tanggal                     :
Penyuluh                  : 

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 15 menit, pasien  dan keluarga dapat memahami dan
menjelaskan tentang. Pencegahan Dekubitus
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan selama 15 menit pasien dan keluarga  mampu menjelaskan:
a. Pengertian Dekubitus
b. Faktor penyebab
c.Tanda dan gejala 
e. Pencegahan Dekubitus
B. Pokok Bahasan: Pencegahan Dekubitus

C. Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian Dekubitus
Faktor penyebab
Tanda dan gejala 
        Pencegahan Dekubitus
        mengetahui penangan dekubitus

D.   Metode Pembelajaran
1.   Ceramah
2.  Diskusi/Tanya jawab

E.  Media
      Leaflet


F    Kegiatan Penyuluhan

Tahap,  waktu, Kegiatan Penyuluhan, Kegiatan yang di suluh
Pendahuluan
(5 menit)
28 Desember 2016
Jam 13.00
Pembukaan 
1.      salam pembuka
2.      memperkenalkan diri
3.      kontrak waktu
4.      menjelaskan mekanisme kegiatan
Mendengarkan pembukaan 
Pelaksanaan
(7 menit)

Penyampaian materi oleh pemateri:
1.      Mengenali pengetahuan dan pengalaman peserta penyuluhan
2.      Pengertian dekubitus
3.      Etiologi dan faktor resiko terjadinya dekubitus
4.      Gejala dekubitus
5.      Penanganan Dekubitus
6.      Pencegahan Dekubitus
Mendengarkan dan memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan.

1.      Sesi Tanya jawab
2.      Evaluasi hasil 
1.      Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang paham
2.      Menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
(3 menit)

mmenjelaskan kembali jawaban pertanyaan peserta yang belum terjawab.
2.      Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan
3.      Ucapan terimakasih
4.      Salam penutup
Mendengarkan dengan seksama 





DEKUBITUS
1.      DEFINISI
Ulkus dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapat tekanan dari tempat tidur, kursi  roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama. Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang (Budiartha, Putu, 2010).

2.      Etiologi
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan jaringan yang terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar, penginderaan sensasi nyeri yang berkurang, imobilisai dalam waktu yang lama, kekurangan nutrisi pada jaringan bawah kulit serta kurangnya monitoring dan perawatan pada bagian kulit yang tertekan  (Ari, PN, 2008)
            Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:
a.       Faktor Intrinsik
a.       Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan menjadi tipis.
b.      Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan
c.       Kemampuan system kardiovaskuler yang menurun dan system arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
d.      Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskular perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada pasien pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah pada kulit menurun.
e.       Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
f.       Anemia
g.      Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan kadar albumin darah menurun.
h.      Penyakit-penyakit neurologic, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan memperparah dekubitus
i.        Keadaan hidrasi atau cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
b.      Faktor Ekstrinsik
a.       Kebersihan tempat tidur
b.      Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medic yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.
c.       Posisi yang tidak tepat
d.      perubahan posisi yang jarang dilakukan

3.      Faktor Resiko
menurut budiartha (2010) resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :
1.      orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat lemah
2.      orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda yang normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf misalnya akibat cedera, stroke, diabetis dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan merasakan nyeri.
3.      orang-orang yang mengalami kekureangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
4.      gesekan dan kerusakan lainya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan terbentguknya ulkus. baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprai yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit. Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit.

4.      Manifestasi Klinis
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus menurut Ari, PN (2008) dapat dibagi sebagai berikut
1.      Derajat 1 : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampat sebagai daerah kemerahan atau lecet. ini terjadi di superficial setelah minimal dua jam penekanan pada daerah tertentu.
2.      Derajat 2 : Reaksi yang lebih dalam sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak sub kutan, tanpak sebagai ulkus yang dangkal dengan tepi yang jelas dan perubahan pigmen kulit.
3.      Derajat 3 : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak sub kutan dan berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. Luka meluas sampai semua lapisan kulit hilang, menembus jaringan dibawahnya dan mulai merusak jaringan.
4.      Derajat 4 : perluasan Ulkus menembus otot hingga tampat tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi

5.      Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dan perbedaan temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus di bagi menjadi 3 (Budiartha, Putu 2010):
1.      Tipe Normal
Mempunyai beda temperature lebih kurang 2,5°C dabandingkan dengan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena Iskemia jaringan tempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2.      Tipe Arterioskelerosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 °C antara aerahy ulkus dan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah ikut berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Dengan perawatan, Ulkus ini sembuh dalam 16 minngu.
3.      Tipe Terminal
Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

6.      Perawatan
Pengelolaan dikubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal klien resiko tinggi terjadinya dekubitus , misalnya pada klien yang imobiliasi dan konfusio. Usaha untuk menentukan resiko terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai scor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan klien. Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan diri klien khususx kulit dengan mandi setiap hari, dikeringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion terutam dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tontolan tulang. Sebaiknya diberikan masase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta harus dibersihkan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit klien (Budiartha, 2010)

SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS.
Risiko dekubitus jika skor total ≤ 1
     Sedangakan menurut Ari, PN (2008) perawatan dekubitus dapat dilakukan berdasarkan derajat dekubitus yaitu:
1.      Derajat 1: Pengawasan terpenting adalah memberikan perhatian agar tidak meningkat menjadi lebih lanjut dengan memberikan perubahan posisi minimal 2 jam sekali agar tidak menjadi lebih parah. Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali/hari. Tetap memberikan asupan gizi yang baik sehingga terbentuk jaringan penyokong yang baik dan memberikan pergerakan pasif pada pasien pasien yang mengalami paralise.
2.      Derajat 2 : Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah yang bersangkutan de gesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi kemudian memberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan salep jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3.      Derajat 3 : Tujuan perawatan derajat ini adalah tetap mengurangi tekanan dan menghindari perluasan yang tidak kompleks. Pengobatan topical di daerah ulkus diberikan dan didukung dengan perawatan luka. Pengobatan menggunakan antibiotic untuk infeksi yang timbul. Usahan luka tetap bersih dan eksudat dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4.      Derajat 4 : Pengobatan infeksi sekunder menjadi penting agar tidak mengarah ke sepsis. Sangat perlu dilakukan operasi plastic dengan tujuan untuk mengurangi perluasan dan perbaikan jaringan yang rusak. Semua langkah-langkah perawatan derajat I hingga III tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim dapat diberikan dengan tujuan mengurangi pendarahan dibandingkan tindakan bedah yang juga merupakan alternative lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah luka.

7.      Pencegahan
Tindakan pencegahan dekubitus yang dapat dilakukan antara lain:
1.      Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan. Mengobati/mengatasi penyakit-penyakit yang ada pada klien, misalnya DM.
2.      Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran arah dengan cara:
a.       alih posisi/alih baring/tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam sekali.keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan mengganggu istirahat klien bahwa menyakitkan.
b.      kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh klien.misalnya kasur dengan gelembung udara , kasur air yang temperature airnya dapat diatur.
c.       regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempatterganggu dapat dikurangi antara lain: menjaga posisi klien,apa ditidurkan rata pada tempat tidurnya atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal keciluntuk menahan tubuh klien.




DAFTAR PUSTAKA

Ari, PN.2008.Perawatan Dekubitus. http://www.slideshare .net/aripurwahyudi/perawatan dekubitus-3617137,

Putu Budiartha.2010.Ulkus Dekubitus. http;//nursing begin.com/ulkus-dekubitus/, diakses tanggal 4 oktober 2014

Kadir, Subhan. 2008. Dekubitus. http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/dekubitus.doc, diakses tanggal 4 oktober 2014








Comments