EBP Pengaruh dan efektivitas pemberian furosemid terhadap penurunan pitting edema atau kelebihan volume cairan pada pasien CKD di Ruang ICU
PENDAHULUAN
Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam kebutuhan cairan dan elektrolit. Fungsinya membuang sisa-sisa metabolisme dan racun yang ada di dalam tubuh kedalam bentuk urin. Proses pengaturan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerolus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalu glomerulus, sepuluh persenya disaring keluar. Cairan yang tersaring, kemudian mengalir melalui tubulus renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal. Banyak manusia mengabaikan perawatan ginjal secara baik, Sehingga berdampak pada peningkatan kasus penyakit ginjal (Hidayat, Musrifatul, 2015).
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan salah satu faktor resiko kematian penyakit kardiovaskuler. Semakin tinggi resiko kematian ditandai dengan semakin menurunya fungsi ginjal. Sehingga penting sekali untuk dilakukan pencegahan dan mempertahankan fungsi ginjal supaya tidak terjadi penurunan fungsi ginjal lebih lanjut (Setyohadi, Sally & Putu, 2016). Gagal ginjal kronik merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel.ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara medadak dan cepat (hitungan jam – minggu). Pada Gagal Ginjal Kronik, ginjal tidak bisa untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Padila, 2012).
Pada gagal ginjal kronik terjadi penurunan fungsi renal. Produksi akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah dan terjadilah uremia yang mempengaruhi setiap sistem tubuh. Retensi natrium dan cairan mengakibatkan ginjal tidak mampu dalam mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal pada penyakit gagal ginjal kronik. Pasien biasanya menahan natrium dan cairan yang dapat meningkatkan resiko edema, gagal jantung kongesif dan hipertensi. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka dapat dilakukan pencegahan untuk kelebihan volume cairan dengan berbagai terapi yang dapat diberikan . Komplikasi yang terdapat pada GGK menyebabkan banyak perubahan fisiologik yang dapat mengakibatkan kegawatan seperti gagal jantung, aritmia, hiperkalemia, anemia, imunitas yang menurun, gangguan mineral dan lain-lain (Setyohadi, Sally & Putu, 2016)
Hasil studi pendahuluan didapatkan pasien NY.S berusian 75 tahun di diagnose oleh dokter dengan diagnose medis CKD atau gagal ginjal kronik. Pasien datang ke ruang ICU pada tanggal 11 maret 2018 dengan keluhan sesak napas, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 maret 2018 keluarga pasien mengatakan kedua tangan dan kakinya bengkak atau edema, pasien juga tampak sesak napas dan disertai batuk berdahak, RR 30x/menit, tampak edema ekstremitas atas dan bawaah derajat 3, CRT > 2 detik, tampak pucat.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan Evidence base Practice ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan efektivitas serta mengobservasi pemberian furosemid terhadap penurunan kelebihan volume cairan dan Tekanan darah pada pasien NY.S dengan diagnose Cronic Kidney Desease
ANALISIS JURNAL
Judul jurnal Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Diuretik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.judul penelitian ini telah diteliti oleh A.F.Muti, U.Chasanah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan deuretik pada pasien gagal ginjal. Metode penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dan analisis data secara deskriptif analitik. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis gagal ginjal kronik yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2016.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 16 kasus (35.56%) terdapat edema dan sebanyak 2 kasus (4.44%) tidak terdapat edema. Jenis edema yang paling banyak terjadi adalah edema ekstremitas yakni 16 kasus. Menurut peneliti Ketika GFR semakin turun ke level yang rendah, ginjal tidak dapat mengeksresikan garam dan air secara adekuat. Oleh karena itu umum terjadi retensi dari cairan ekstraseluler (CES) yang dimanifestasikan sebagai edema, baik perifer maupun pulmonal, dan Ascites. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian furosemid pada pasien dengan gangguan kelebihan volume cairan dengan gejala ppitting edema sangat berpengaruh terhadap penurunan terjadi edema berlanjut, serta pemberian furosemid berpengaruh terhadap hipertensi dengan cara mengkombinasikan pemberian diuretic dengan obat antihipertensi.
PEMBAHASAN
Penatalaksaanaan pada pasien ckd dengan tanda gejala yang timbul adalah edema atau kelebihan volume cairan. Penatalaksanaan dengan intervensi berkolaborasi dalam pemberian obat diuretik dengan dokter bertujuan untuk mengatasi edema atau kelebihan volume cairan pada pasien ckd.hasil intervensi yang dilakukan oleh peneliti serta berkolaborasi dengan dokter dan di evaluasi hasil yang didapatkan bahwa pemberian furosemid menunjukan pengaruh terhadap output atau pengeluaran cairan sehingga intake maupun output menjadi balance. Pada pasien ny. S hasil yang didapatkan adalah pemberian furosemid berpengaruh untuk mengotrol cairan di ekstraseluler dan juga karena efeknya yang dapat menurunkan tekanan darah atau menstabilkan tekanan darah.
Menurut A.F.Muti, U.Chasanah TAHUN 2016 Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien menggunakan diuretik tunggal, yaitu 44 kasus (97.78%). Diuretik tunggal yang paling sering digunakan pada pasien GGK adalah furosemid. Sebagian besar pasien GGK dalam penelitian ini termasuk GGK tahap 5 yang memiliki GFR < 30 mL/menit/1,73 m2. Secara umum, terapi diuretik pada gagal ginjal Kronik digunakan untuk mengontrol ekspansi cairan ekstraseluler dan juga karena efeknya yang dapat menurunkan tekanan darah. Tetapi Terdapat berbagai pertimbangan penggunaan obat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Pertimbangan tersebut antara lain adanya penurunan ekskresi obat lewat ginjal sehingga berpotensi menimbulkan peningkatan konsentrasi obat dalam darah. Selain itu, gangguan ginjal juga diasosiasikan dengan perubahan penting dalam ikatan protein plasma dengan obat. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan kadar serum albumin pada gagal ginjal kronik.
SIMPULAN
Penelitian ini menunjukan adanya pengaruh terhadap kelebihan volume cairan atau pitting edema pada pasien ny.s dengan diagnosa ckd terjadi balance cairan yang sebelumnya inntake cairan tidak balance dengan output terjadi peningkatan setelah pemberian furosemid pada output atau pengeluaran yaitu urine seshingga ny,s takpak nyaman setelah di berikan pengobatan untuk mengatasi edema atau kelebihan volume cairan yaitu furosemid atau loop diuretic. Sehingga upaya ini adalah untuk meningkatkan peran serta perat untuk memonitor atau mengobservasi serta berkola borasi dengan tim medis atau dokter untuk penangan pasien dengan gangguan kelebihan volume cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A. A., & Musrifatul, U(2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Mufti & Chasanah, (2016). Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Diuretik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang diakses tanggal 18 maret 2019 dari http://ejournal.istn.ac.id
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Setyohadi, B, Sally. A. N, Putu. M. A. (2016). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam Volume 2. Jakarta : Salemba medika
Comments
Post a Comment